Terbentuknya Kota Kendari diawali dengan terbukanya Teluk
Kendari menjadi pelabuhan bagi para pedagang, khususnya pedagang Bajo dan Bugis
yang datang berdagang sekaligus bermukim di sekitar Teluk Kendari. Fenomena ini
juga didukung oleh kondisi sosial politik dan keamanan di daerah asal kedua
suku bangsa tersebut di kerajaan Luwu dan Kerajaan Bone.
Pada awal abad ke-19 sampai dengan kunjungan Vosmaer
(seorang Belanda) pada tahun 1831, kendari merupakan tempat penimbunan barang
(pelabuhan transito). Kegiatan perdagangan kebanyakan dilakukan oleh orang Bajo
dan Bugis yang menampung hasil bumi dari pedalaman dan dari sekitar Teluk Tolo
(Sulawesi Tengah). Barang-barang tersebut selanjutnya dikirim ke Makassar atau
ke kawasan Barat Nusantara sampai ke Singapura.